Senin, 21 Desember 2015

Pengaruh Kondisi Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumen

(Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri terhadap Perilaku Pembelian Impulsif untuk Produk Fashion pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Globalisasi yang terjadi pada bidang perekonomian disebut dengan globalisasi perekonomian. Globalisasi perekonomian diartikan sebagai suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan hilang dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Pengaruh tersebut terlihat dari semakin pesatnya perkembangan pembangunan khususnya di bidang ekonomi Banyaknya pembangunan mall di kota-kota besar menunjukkan tingginya budaya konsumtif di kalangan masyarakat. Para investor cenderung memilih membangun mall di daerah perkotaan, dengan anggapan bahwa masyarakat perkotaan berada di kelas ekonomi menengah ke atas. Dalam perkembangannya mall bertransformasi tidak hanya sekedar tempat berbelanja namun juga sebagai tempat hiburan. Langkah tersebut biasanya dilakukan oleh pihak mal untuk menarik perhatian orang mengunjungi mall dan tanpa disadari perkembangan ini justru menyebabkan pergeseran perilaku konsumsi masyarakat menjadi lebih konsumtif. Masyarakat perkotaan memiliki total pengeluaran rata-rata sebesar Rp4,4 juta per bulan, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dinilai cenderung konsumtif (Herdaru Purnomo, 2013).
Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak direncanakan adalah terjadinya pembelian impulsif. Pembelian impulsif (impulsive buying) atau biasa disebut juga unplanned purchase merupakan perilaku seseorang dimana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Konsumen melakukan pembelian impulsif tidak berpikir untuk membeli suatu produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga. Menurut Rook dan Fisher (1995: 306) pembelian impulsif diartikan sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis. Dari definisi tersebut terlihat bahwa impulsive buying merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang cepat.
Pembelian impulsif merupakan fenomena psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat. Pada proses membeli impulsif, calon pembeli langsung mengarah kepada suatu produk tertentu dan kemudian melakukan pembelian secara cepat. Perilaku pembelian impulsif timbul secara tidak sadar pada saat individu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan uang dan gaya hidup. Sebagai contoh, ketika seseorang dengan teman sebayanya berjalan-jalan di pusat perbelanjaan atau mall yang tujuannya hanya sekedar jalan-jalan atau mengisi waktu luang kemudian melihat produk dengan model terbaru atau melihat adanya potongan harga (discount) pada produk tertentu, akhirnya memutuskan membeli meskipun ketika berangkat tidak ada rencana untuk membeli. Berdasarkan fenomena dan pengamatan
sehari-hari yang peneliti lakukan banyak ditemukan remaja termasuk mahasiswa, relatif sering membeli produk fashion dan aksesorisnya. Mereka tak jarang membeli produk fashion dan barang-barang yang sama dengan temannya atau bahkan membanding-bandingkan barang kepemilikannya dengan barang temannya untuk melihat barang siapa yang lebih trendy.
Masalah remaja merupakan bahan kajian yang potensial untuk digali dan diteliti. Hal ini karena jumlah remaja yang berusia antara 10 sampai 24 tahun di Indonesia sangat besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (2014) jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun di Indonesia secara umum mengalami peningkatan yaitu 64 juta jiwa pada tahun 2008 meningkat menjadi 65,7 juta jiwa pada tahun 2014. Jumlah yang demikian besar merupakan peluang yang sangat potensial bagi produsen atau pemasar untuk memasarkan hasil produksinya. Menurut Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 45-47) mahasiswa termasuk dalam kategori masa remaja akhir yaitu antara usia 18 sampai 25 tahun. Masa ini ditandai oleh persiapan akhir memasuk peran-peran orang dewasa. Remaja pada masa ini memiliki keinginan untuk diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa. Pada tahap ini perkembangan intelektual remaja telah berada pada taraf operasional formal, sehingga kemampuan nalarnya tinggi dan lebih matang dalam hal mengambil keputusan.
Tingkat konsumsi mahasiswa Yogyakarta dapat dikategorikan dalam kategori menengah sampai tinggi. Menurut M. Syaifullah (2012) mahasiswa di Yogyakarta menghabiskan Rp23,1 miliar per bulan untuk biaya rekreasi dan hiburan. Jumlah ini mengalahkan biaya belanja buku yang mencapai Rp21 miliar per bulan. Total seluruh biaya, para mahasiswa menghabiskan Rp423,8 miliar per bulan atau rata-rata mahasiswa menghabiskan Rp1,8 juta per bulan. Adapun berdasarkan domisili asal, mahasiswa asal Sulawesi paling tinggi pengeluarannya, yaitu mencapai rata-rata Rp2,6 juta per bulan. Paling rendah mahasiswa asal Pulau Jawa, yang hanya mencapai rata-rata Rp1,6 juta per bulan. Hal ini merupakan potret pembiayaan mahasiswa di Yogyakarta secara umum (Tempo.co, 2012).
Pada umumnya mahasiswa telah diberi kepercayaan dan tanggung jawab dalam mengelola keuangannya sendiri. Dengan demikian mereka merasa beba menggunakan uang yang dimiliki tanpa pengawasan langsung dari orang tua, hal tersebut menyebabkan mahasiswa seringkali kurang rasional dalam membelanjakan uangnya. Para remaja atau mahasiswa lebih sering menggunakan emosi sehingga mengarah pada pembelian secara spontanitas. Pembelian impulsif seringkali terjadi pada produk-produk yang dirasa cukup menarik bagi kelompok konsumen ini, salah satunya adalah produk fashion yang terdiri dari pakaian, celana, sepatu, sandal, jam tangan, kerudung, topi dan tas yang berfungsi sebagai sarana dalam meningkatkan
self image dan mood. Melalui produk fashion tersebut remaja dapat terlihat
lebih modis dan menawan.
Dari beberapa pernyataan mahasiswa di atas, peneliti menduga bahwa hal tersebut berkaitan dengan perilaku pembelian impulsif yang terjadi di kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Berdasarkan ulasan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Selanjutnya penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul “Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri terhadap Perilaku Pembelian Impulsif untuk Produk Fashion pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta”.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY?
2.      Bagaimana pengaruh literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri secara bersama-sama terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY?

1.3  TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini mengacu pada permasalahan yang telah disebutkan di atas yaitu untuk mengetahui pengaruh literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY.

1.4  MANFAAT PENELITIAN
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan perkembangan ekonomi sekaligus menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas perilaku konsumsi mahasiswa, sehingga tidak mengarah pada perilaku konsumtif serta mengurangi perilaku pembelian impulsif.
b.      Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana untuk berlatih dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian serta menambah wawasan penulis agar berpikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi kaitannya dengan ekonomi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KERANGKA TEORI

Masalah Ekonomi
Masalah dalam ekonomi adalah kelangkaan sumber daya relatif terhadap pemenuhan kebutuhan, sementara jumlah kebutuhan manusia tidak terbatas. Dengan demikian, untuk mendapatkan kepuasan dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas maka manusia harus melakukan pemilihan kebutuhan dengan cara mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien. Ilmu ekonomi membantu manusia untuk mencapai kemakmuran yang maksimal dari sumber-sumber atau alat-alat yang tersedia.
Menurut Pandey & Bhattacharya (2012: 3) melek ekonomi adalah kemampuan untuk menggunakan konsep ekonomi untuk membuat keputusan tentang penghasilan, tabungan, pengeluaran dan mengalokasikan uang. Hal ini diperjelas oleh pendapat dari Organization for Economic Literacy (OEL) yang menegaskan bahwa melek ekonomi tidak hanya meliputi pemahaman konsep dasar ekonomi dan fakta ekonomi, tetapi juga tentang kemampuan berpikir kritis yang mendukung cara berpikir ekonomi yang benar. Dengan kata lain, melek ekonomi melibatkan pengetahuan dan penerapan teori-teori ekonomi yang mendasar dalam mengambil keputusan tentang sumber daya yang terbatas.
Menurut Mathews (1999: 2) literasi ekonomi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan individu agar dapat mengenali atau menggunakan konsep ekonomi dan cara berpikir ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan menurut Jappelli (2009) pada prinsipnya literasi ekonomi merupakan alat untuk mencapai tujuan, hanya saja pada kenyataannya tidak semua orang memiliki literasi ekonomi yang tinggi sehingga mengkerucutkan peluang mencapai kesejahteraan. Salah satu indikatornya adalah menjadi orang yang cerdas dalam mengelola sumber daya ekonominya guna mencapai kesejahteraan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi ekonomi merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dasar ekonomi dan cara berpikir kritis dalam pembuatan keputusan ekonomi. Literasi ekonomi dapat membuat seseorang menjadi cerdas dalam mengelola sumber daya ekonomi untuk mencapai kesejahteraan dengan cara mengaplikasikan konsep ekonomi tersebut. Selain itu, literasi ekonomi menjadi sangat penting untuk membuka pengetahuan tentang biaya atau manfaat suatu barang dalam aktivitas ekonomi.

Hubungan Literasi Ekonomi dengan Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen ditentukan oleh tingkat pengetahuan masyarakat tentang ekonomi, sehingga literasi ekonomi menjadi hal penting. Literasi dalam perekonomian suatu negara menjadi penting, karena dengan literasi ekonomi berarti menunjukkan masyarakat suatu negara merupakan konsumen atau produsen yang cerdas, sehingga akan mendorong terhadap pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang cerdas akan mampu memilih produk yang dapat mendorong perekonomian negaranya, bukan memperkaya negara lain sebagaimana yang menjadi tujuan dari globalisasi. Terkait dengan perilaku konsumsi remaja atau mahasiswa, pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia berkualitas.
Pendidikan merupakan suatu proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku. Dapat dikatakan bahwa orang dianggap belajar jika menunjukkan perubahan-perubahan tingkah laku dalam hidupnya. Dengan pengetahuan yang dimiliki, manusia dapat bertindak atau berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dari proses pembelajara termasuk dalam mengambil keputusan. Keputusan ekonomi yang cerdas terlihat dari kemampuan mencari sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan benefit. Hal ini diperjelas oleh Jappelli (2009: 9) bahwa literasi ekonomi menjadi semakin penting untuk membuat keputusan rumah tangga, yaitu bagaimana berinvestasi yang tepat, berapa banyak meminjam yang tepat di pasar uang dan bagaimana memahami konsekuensi atas stabilitas keseluruhan ekonomi.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Impulsif
Menurut Loudon dan Bitta (dalam Fikrah Wathani, 2009: 15) menjelaskan bahwa karakteristik produk, karakteristik pemasaran, dan karakteristik konsumen memiliki pengaruh terhadap munculnya perilaku pembelian impulsif. Karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Karakteristik produk yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif yaitu:
a)      Memiliki harga yang rendah
b)      Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut
c)      Siklus kehidupan produknya pendek
d)     Ukurannya kecil dan ringan
e)      Mudah disimpan
2) Karakteristik pemasaran, hal-hal yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif antara lain:
a)      Distribusi massa pada self-service outlet terhadap pemasangan iklan besar-besaran dan material yang akan didiskon.
b)      Posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang menonjol turut mempengaruhi pembelian impulsif.
3) Karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif, yaitu:
1.      Kepribadian konsumen.
2.      Demografis, karakteristik demografis terdiri dari gender, usia, status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan.
3.      Karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi yang dihubungkan dengan tingkat pembelian impulsif.
Menurut Fatchur (2009: 251) faktor situasional dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, termasuk pembelian impulsif. Faktor situasional tersebut sangat komplek, sehingga dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Lingkungan fisik (physical surrounding)
2.      Lingkungan sosial (social surrounding)
3.      Perspektif waktu (temporal perspectives)
4.      Sifat tujuan berbelanja (task definition)
5.      Suasana hati pada saat berbelanja (antecedent states)
Berdasarkan faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif konsumen diantaranya adalah kepribadian konsumen, pendidikan, dan lingkungan sosial. Faktor tersebut sesuai dengan variabel bebas dalam penelitian ini yang dianggap dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan perilaku pembelian impulsif yaitu literasi ekonomi atau pemahaman terhadap ekonomi,kontrol diri dan kelompok teman sebaya.

Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri  Secara Bersama-Sama terhadap Perilaku Pembelian Impulsif
Apabila seseorang memiliki literasi ekonomi yang baik atau pemahaman terhadap ekonomi yang cukup baik, maka orang tersebut akan berpikir cerdas dalam pemenuhan kebutuhannya sehari-hari. Seperti halnya mahasiswa yang duduk dibangku kuliah dan mempelajari berbagai konsep ekonomi, mahasiswa tersebut dituntut untuk dapat mengaplikasikan konsep ekonomi dalam kegiatan sehari-hari. Dengan demikian, mahasiswa akan berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan mempertimbangkan biaya atau manfaat suatu barang serta mampu mengalokasikan sumber daya yang terbatas dengan benar. Sehingga perilaku pembelian impulsif dapat dihindari.
Kelompok teman sebaya dikatakan berpengaruh terhadap perilaku konsumen atau pengambilan keputusan pembelian yang mengarah pada perilaku pembelian impulsif melalui interaksi dalam kelompok sebaya tersebut. Pengaruh kelompok teman sebaya membuat remaja cenderung lebih konsumtif dan tidak rasional dalam berperilaku konsumsi, karena pada dasarnya remaja mudah terpengaruh dan ikut-ikutan teman misalnya saja dalam hal berpakaian atau membeli produk fashion terlihat seperti ada persaingan di dalamnya. Hal tersebut diduga mengarah pada perilaku pembelian impulsif. Kontrol diri juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian seseorang khususnya remaja atau mahasiswa. Jika remaja memiliki kontrol diri yang baik, maka akan bertindak secara rasional dan penuh pertimbangan dalam berkonsumsi sehingga tidak mengarah pada perilaku konsumtif. Tetapi remaja cenderung memiliki kontrol diri yang rendah, sehingga banyak remaja yang bertindak tanpa pertimbanganpertimbangan terlebih dan hanya menggunakan emosi sesaat dalam mengambil keputusan. Hal tersebut dapat mendorong remaja berperilaku konsumtif dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pada akhirnya mengarah pada perilaku pembelian impulsif.
            Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri dapat mempengaruhi perilaku konsumsi remaja berupa kecenderungan melakukan pembelian impulsif. Pembelian impulsif biasanya terjadi pada produk-produk yang terjangkau dan dianggap dapat menambah penampilan seseorang menjadi lebih menarik, salah satunya adalah produk fashion. Remaja atau mahasiswa cenderung impulsif pada produk fashion, karena produk fashion merupakan elemen penting bagi mahasiswa untuk menunjang penampilannya di kampus. Jenis produk fashion tersebut bermacammacam seperti pakaian (baju dan celana), tas, sepatu, sandal, kerudung, jam tangan, kaca mata/softlens, topi, dan aksesoris (kalung-kalung, gelang dan cincin).


BAB III
HASIL PENELITIAN

3.1 Pengaruh Literasi Ekonomi terhadap Perilaku Pembelian Impulsif
Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal tersebut ditunjukkan oleh besarnya nilai thitung sebesar -0,600 dengan nilai signifikansi t sebesar 0,549 dan koefisien regresi (b1) sebesar -0,014. Karena nilai signifikansi t > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY.
Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian dapat diketahui bahwa tingkat literasi ekonomi mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2014 termasuk dalam kategori sedang. Meskipun kecenderungan literasi ekonomi menunjukkan kecenderungan sedang, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif. Dapat disimpulkan bahwa baik mahasiswa yang memiliki tingkat literasi ekonomi tinggi maupun rendah tidak memiliki perbedaan dalam perilaku pembelian impulsif.
Menurut penelitian Rook (1987: 193-195) pembelian impulsif memiliki beberapa karakteristik yaitu: spontanitas; kekuatan, kompulsi dan intensitas; kegairahan dan stimulasi; dan ketidakpedulian akan akibat. Meskipun pada dasarnya literasi ekonomi bertujuan untuk membuka pengetahuan tentang biaya/manfaat suatu barang dalam aktivitas ekonomi, dengan kata lain untuk menghindarkan seseorang dari perilaku konsumtif. Namun jika dilihat dari karakteristik pembelian impulsif yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan mengapa literasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif. Pembelian impulsif terjadi secara spontan, tidak terencana, cepat, tidak terkendali dan tidak mempertimbangkan akibat yang akan timbul selanjutnya. Oleh karena itu, ketika dalam situasi pembelian terutama pembelian impulsif, mahasiswa tidak sempat atau tidak ada waktu untuk mengingat dan memperhitungkan bagian-bagian dari konsep ekonomi yang telah dipelajarinya. Sehingga tingkat literasi ekonomi yang dimiliki tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif.

3.2  Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebaya dan Kontrol Diri secara Bersama-Sama terhadap Perilaku Pembelian Impulsif
Literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengujian dengan uji F yang diperoleh nilai Fhitung sebesar 53,564 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Karena nilai sig. F < 0,05 maka hal ini berarti bahwa literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri secara bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Sehingga dapat membuktikan hipotesis keempat yang telah dikemukakan sebelumnya.
Hasil pengujian regresi ganda menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0,462 atau 46,2%. Jadi dapat dikatakan bahwa 46,2% perilaku pembelian impulsif dipengaruhi oleh literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri. Sedangkan sisanya sebesar 53,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel literasi ekonomi dalam memberikan sumbangan relatif sebesar 0,7%, variabel kelompok teman sebaya sebesar 39,5% dan variabel kontrol diri sebesar 59,8%. Sedangkan sumbangan efektif dari masing-masing variabel adalah 0,32% untuk variabel literasi ekonomi, 18,25% untuk variabel kelompok teman sebaya dan 27,63% untuk variabel kontrol diri.


BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Tidak terdapat pengaruh literasi ekonomi terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa baik mahasiswa yang memiliki tingkat literasi ekonomi tinggi maupun rendah tidak memiliki perbedaan dalam perilaku pembelian impulsif.
2.      Terdapat pengaruh positif dan signifikan kelompok teman sebaya terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Dikarenakan banyaknya waktu yang dihabiskan dan interaksi yang dilakukan bersama teman sebaya membuat remaja semakin terpengaruh oleh kelompok teman sebaya itu. Kondisi tersebut sedikit banyak dapat mempengaruhi perilaku pembelian mereka dan kemudian mengarah pada perilaku pembelian impulsif.
3.      Terdapat pengaruh negatif dan signifikan kontrol diri terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal ini membuktikan, semakin tinggi kontrol diri mahasiswa, maka semakin rendah perilaku pembelian impulsif. Sebaliknya semakin rendah kontrol diri, maka semakin tinggi perilaku pembelian impulsif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mahasiswa Fakultas Ekonomi memiliki kontrol diri yang baik dan mampu mengontro perilakunya sehingga tidak mengarah pada perilaku pembelian impulsif.
4.      Terdapat pengaruh yang signifikan literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri terhadap perilaku pembelian impulsif untuk produk fashion pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UNY. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung sebesar 53,564 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Karena nilai sig. F < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri terhadap perilaku pembelian impulsif. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,462, berarti bahwa 46,2% perilaku pembelian impulsif mahasiswa dapat dijelaskan oleh variabel literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri. Sedangkan sisanya 53,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Variabel literasi ekonomi, kelompok teman sebaya dan kontrol diri masing-masing memberikan sumbangan efektif sebesar 0,32% untuk variabel literasi ekonomi, 18,25% untuk variabel kelompok teman sebaya dan 27,63% untuk variabel kontrol diri.

4.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.      Meskipun dalam penelitian ini literasi ekonomi tidak berpengaruh, mahasiswa diharapkan lebih mendalami literasi ekonomi atau pemahaman konsep-konsep dasar ekonomi, sehingga tidak hanya menguasai secara materi yang nantinya akan cepat lupa, namun dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari literasi ekonomi tersebut agar mahasiswa dapat berpikir kritis, rasional, dan hati-hati dalam menghadapi masalah ekonomi, termasuk dalam kegiatan konsumsi sehingga dapat terhindar dari perilaku pembelian impulsif.
2.      Dalam bergaul dengan teman sebaya hendaknya mahasiswa memperhatikan batas-batas perilaku yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan. Jangan sampai pergaulan dengan teman sebaya mempengaruhi kehidupan yang mengarah pada perilaku hedonisme dan konsumtif.
3.      Mempertahankan dan meningkatkan aspek psikologi yaitu kemampuan mengontrol perilaku agar tidak mudah terpengaruh oleh dampak negatif dari lingkungan sekitar termasuk dalam perilaku konsumsi.
4.      Bagi peneliti selanjutnya yang hendak meneliti maupun mengembangkan penelitian serupa, penulis menyarankan agar mempertimbangkan variasi dari sampel yang akan diteliti dan tentunya dengan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
SUMBER
http://eprints.uny.ac.id/23808/1/SKRIPSI_NURAENI_11404241013.pdf

Selasa, 24 November 2015

Analisis Perilaku Konsumen Dalam Menentukan Pembelian Smartphone

BAB I 
PENDADULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri telepon seluler mengalami perkembangan yang pesat dalam dua
dekade terakhir ini, baik di negara maju ataupun sedang berkembang. DiIndonesia pun telepon seluler telah mengubah peta industri telekomunikasi secara radikal. Dimana telepon yang dulunya merupakan barang mewah, sehingga hanya kelompok tertentu yang bisa menikmatinya, sekarang dengan mudah mendapatkannya, murah, baik dalam sarana telekomunikasi fixedline wireline ataupun fixedline wireless serta seluler.
Sebuah perusahaan riset pemasaran IDC (Lembaga International DataCorporation) memprediksi bahwa pasar smartphone akan tumbuh 49,2% pada 2011, akibat meningkatnya jumlah pengguna yang mengganti ponsel lama mereka dengan smartphone. Laporan itu sejalan dengan penelitian terbaru IDC, yang memprediksi jumlah download aplikasi mobile akan tumbuh dari 10,9 miliar pada 2010 menjadi 76,9 miliar pada 2014.
Sementara itu kompetisi diantara produsen smartphone pun telah terjadi lebih intensif. Ada beberapa produsen smartphone yang telah dikenal dan beredar ditengah masyarakat antara lain; Nokia, Blackberry (RIM), iPhone (Apple), Samsung, HTC, Sony Ericsson, Motorola, Siemens, bahkan berbagai smartphone made in China juga semakin marak beredar. Dengan adanya ragam produk smartphone tersebut dan semakin murahnya tarif, maka konsumen memiliki banyak alternatif pilihan.
Saat ini, Apple terus meningkatkan pangsa pasar dunia dan beringsut mendekati Nokia sebagai pemimpin pasar smartphone dunia pada kuartal pertama 2011, sementara pasar Nokia terus tergerus oleh para kompetitornya. Untuk kuartal pertama 2011, penjualan Apple meningkat dari 8,7 juta unit tahun lalu menjadi 18,7 unit.
 Research In Motion (RIM) produsen Blackberry, Samsung dan HTC kini tampil memimpin pasar ponsel dunia dengan menggusur dominasi Sony Ericsson, Motorola dan Siemens seperti tampak pada tabel yang kini masuk ke dalam kategori Others.
Menurut Bisnis Indonesia pelanggan smartphone pada tahun 2010 menembus 6,24 juta pelanggan. Dalam hal ini ponsel cerdas Blackberry telah meruntuhkan Nokia. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti kepada beberapa counter-counter besar yang ada di kota Padang, smartphone yang mengalami peningkatan market share paling banyak saat ini (2011) yaitu naik sebanyak 9% adalah smartphone dengan sistem operasi Android yaitu Samsung. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2010, dimana market share Samsung berada pada peringkat keempat setelah Nokia, Blackberry, Smartphone made in China, Sony Ericsson, Motorola dan Siemens. Untuk tahun 2011, market share Samsung meningkat tajam dari 11% menjadi 20%.

Peningkatan market share ini juga terjadi pada Blackberry yang naik dari 32% menjadi 39%. Sehingga pada tahun 2011 ini Blackberry mendapatkan market share paling banyak mengalahkan Nokia yang beberapa tahun sebelumnya selalu meningkat.
            Berdasarkan latar belakang di atas maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MENENTUKAN PEMBELIAN SMARTPHONE “

1.2 Rumusan Masalah

 Adapun perumusan masalah yang akan dibahas didalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah kebutuhan berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli ponsel cerdas (smartphone)?
2. Apakah gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli ponsel cerdas (smartphone)?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh kebutuhan terhadap keputusan pembelian ponsel cerdas (smartphone).
2. Untuk menganalisis pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian ponsel cerdas (smartphone).

1.4 Manfaat Penelitian
      
       Dapat memberikan tambahan wawasan, pengetahuan dan penerapan ilmu dalam dunia nyata mengenai tingkat perilaku konsumen dalam pembelian smartphone dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Metode Penelitian

      1.5.1. Objek Penelitian
                Objek penelitian dalam penulisan ilmiah ini adalah konsumen di kota Padang
      1.5.2. Jenis dan Sumber Data
                Data yang digunakan didalam penelitian ini adalah data primer, yaitudata dicari dan diolah secara langsung oleh peneliti serta belum pernah dipublikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang sesuai dengan kriteria pengambilan sampel.

BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Teori

Perilaku Konsumen

       Pemasaran berorientasi pada konsumen akan selalu mempelajari dan mencermati perilaku konsumen, karena keberhasilan pemasaran sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan menyelami persepsi para konsumen.Persepsi yang menimbulkan preferensi seorang pembeli terhadap suatu produk dengan merek tertentu disebut perilaku konsumen (Assauri, 1998).Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel et al.1998).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Empat faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen  (Kotler, 2000) yaitu:
a. Faktor Budaya
      Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia,      diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.
b. Faktor Sosial
       Faktor sosial adalah faktor yang berhubungan dengan interaksi konsumen dengan   sesama. 
       Faktor ini meliputi: 
        (1) kelompok acuan, misalnya teman, keluarga dan rekan kerja; 
        (2) keluarga, misal dominasi suami, dominasi istri, dominasi suami-istri, dan dominasi anak-anak; 
        (3) peran dan status sosial, misalnya seorang wanita dirumah berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik dan dikampus sebagai dosen yang bijaksana.
   c. Faktor Pribadi
       Faktor pribadi adalah segala karakteristik yang melekat pada diri konsumen. Karakteristik pribadi seorang konsumen antara lain umur dan siklus hidup, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
   d. Faktor Psikologi
       Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari proses intern individu dan sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Faktor ini terdiri dari: motivasi, persepsi, pembelajaran dan sikap.

Pengertian Smartphone

     Dalam pengertian singkat, smartphone adalah sebuah device yang memungkinkan untuk melakukan komunikasi (seperti menelepon atau sms) juga di dalamnya terdapat fungsi PDA (Personal Digital Assistant) dan berkemampuan seperti layaknya komputer. Smartphone juga bisa diartikan sebagai alat komunikasi atau telepon seluler yang dilengkapi dengan organizer digital. Smartphone merupakan pengembangan dari telepon seluler yang kemudian ditambahkan fiitur dan fasilitas lainnya sehingga menjadi telepon yang cerdas Sebenarnya tidak ada definisi standar perusahaan mengenai Smartphone.
    Umumnya suatu ponsel dikatakan sebagai Smartphone bila dapat berjalan pada software operating system yang lengkap dan memiliki interface dan platform standar bagi pengembangan aplikasi. Sementara itu ada yang mengatakan Smartphone adalah ponsel sederhana dengan fitur canggih seperti kemampuan mengirim dan menerima email, menjelajah internet dan membeca e-book, built in full keyboard atau external USB keyboard, atau memiliki konektor VGA.

Kebutuhan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

    Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), setiap orang mempunyai berbagai kebutuhan; beberapa darinya adalah kebutuhan sejak lahir; yang lain adalah yang diperoleh kemudian. 
Kebutuhan dasar bersifat fisiologis (yaitu: biogenis); meliputi kebutuhan akan makanan, air udara, pakaian, perumahan, dan seks. Karena semua itu dibutuhkan untuk meneruskan kehidupan biologis, kebutuhan biogenis dianggap sebagai kebutuhan primer atau motif primer. Salah satu hal yang merupakan faktor yang mendorong munculnya tindakan pembelian yang dilakukan konsumen adalah adanya kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan tersebut muncul karena adanya sejumlah hasrat yang harus terpenuhi dengan alat pemuas kebutuhan. Secara teoritis kebutuhan merupakan bagian dari motivasi yang dimiliki individu dalam bekerja.

Gaya Hidup

     Pengertian Gaya Hidup menurut Kotler (2000) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. 
     Menurut Assael (1984), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of them selves and the world around them (opinions)”. Yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini).
     Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002), gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Dari berbagai sumber di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan
waktu.

Keputusan Pembelian

   Menurut Kotler (2000) keputusan pembelian merupakan tindakan nyata yang dilakukan konsumen untuk membeli produk atau jasa yang dibutuhkan. Untuk mengukur keputusan pembelian digunakan indikator yang meliputi:
a. Kebutuhan, merupakan keinginan yang dimiliki individu untuk mendapatkan sejumlah produk atau jasa yang dibutuhkan.
b. Pencarian informasi, merupakan tindakan untuk mencari pengetahuan dan referensi sehubungan dengan produk yang akan dibeli.
c. Pemilihan alternatif, merupakan tindakan memilih aneka produk sejenis yang dibutuhkan.
d. Tindakan, merupakan spontanitas untuk membeli atau memiliki produk terbaik yang telah diamati.
e. Evaluasi merupakan analisis untuk membandingkan performance yang diberikan produk yang dikonsumsi dengan yang diharapkan sebelum mengkonsumsi produk.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

      Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis maka diajukan beberapa kesimpulan penting yang merupakan inti dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa kebutuhan berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli ponsel cerdas (smartphone).
2. Hasil pengujian hipotesis kedua ditemukan bahwa gaya hidup tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli ponsel cerdas (smartphone).

3.2 Saran
 Adapun beberapa saran untuk penelitian ini yaitu:
 1. Peneliti dimasa datang diharapkan dapat menggunakan sebuah formula yang dapat menghasilkan sampel yang tepat dan akurat serta dapat mewakili populasi, saran ini penting dilakukan agar hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan kontribusi hasil yang lebih baik dimasa depan.
2. Peneliti dimasa datang disarankan untuk mencoba menambahkan satu atau beberapa variabel lainnya yang juga mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli ponsel cerdas yang sebelumnya tidak digunakan didalam penelitian ini. Saran ini penting dilaksanakan agar dimasa datang hasil yang ditemukan dapat memberikan kontribusi dan akurasi yang lebih baik dari penelitian ini.
     

Sumber :
http://www.journal.unitas-pdg.ac.id/abstract-84.html

Selasa, 12 Mei 2015

CARTOON WINNIE THE POOH





Tokoh beruang berwarna kuning ini sudah bikin kita jatuh hati karena keimutannya. Belum lagi Winnie The Pooh juga selalu ditemani oleh kawan-kawan yang super lucu, seperti Tiger, Eeyore, Kanga, Roo dan Piglet.
Alan Alexander Milne atau lebih dikenal dengan A.A. Milne adalah penulis asal Inggris yang lahir di kota London pada tanggal 18 Januari 1882. Sebelum menciptakan Winnie The Pooh, Milne adalah seorang penulis novel dan naskah film. Nah, suatu hari Milne melihat anaknya yang bernama Christopher Robin sedang bermain bersama boneka beruang. Dia lalu memiliki ide untuk menciptakan kartun dengan tokoh beruang lucu. Setelah berhasil menggambarkan tokoh beruang itu, Milne lalu memberikannya nama Winnie yang terinspirasi dari nama beruang yang dipelihara di Kebun Binatang London.
Winnie The Pooh pertama kali muncul pada tanggal 24 December 1925 di sebuah koran London bernama The Evening News. Cerita Winnie The Pooh ternyata disukai oleh pembaca, sehingga Milne pun menerbitkan buku Winnie-the-Pooh di tahun 1926 yang bercerita tentang keseharian beruang kuning ini.
Sahabat terdekat Pooh adalah Piglet si babi kecil. Teman-temannya yang lain adalah Tiger si macan, Roo, Kanga si kangguru, Eeyore si keledai. Dan satu-satunya temannya yang berwujud manusia adalah Robin.
Ketika A. A. Milne meninggal di tahun 1956, istrinya menjual hak cipta Winnie The Pooh ke Walt Disney. Walt Disney kemudian membuat berbagai film kartun Winnie The Pooh and Friends. Pada tahun 1997, PBB menetapkan Winnie The Pooh, tokoh kartun terkenal sebagai World's Ambassador of Friendship.

JENIS-JENIS BAHAN JILBAB

Berikut beberapa bahan kain yang digunakan untuk membuat jilbab:

1. Kain Polyseter
Jenis bahan untuk membuat jilbab ini memang memiliki serat yang tebal dan kaku sehingga jilbab berbahan dasar polyseter biasanya sedikit sulit untuk dikreasikan. Selain itu jilbab dengan bahan ini cukup terasa panas di kepala apalagi jika terkena sinar matahari secara langsung.

2. Bahan Kaos
Selain fungsi utamanya sebagai bahan pembuatan kaos, bahan kaos juga kerap dipakai untuk membuat jilbab atau kerudung. Bahan kaos terkenal cukup elastis dan mudah menyerap keringat. Jilbab berbahan kaos nyaman dipakai tapi sangat mudah kendur. Agar jilbab berbahan kaos lebih awet, sebaiknya menghindari pengkucekan secara berlebihan saat mencuci – jilbab juga akan lebih awet jika tidak terlalu sering dicuci.

3. Kain Katun
Selain digunakan untuk membuat berbagai pakaian, kain katun juga cocok untuk membuat jilbab. Bahannya yang halus serta perawatannya yang tidak terlalu sulit membuat jilbab berbahan katun akan nyaman dipakai sehari-hari. Bahan katun agak sedikit kaku dan tebal, oleh sebab itu jilbab dengan bahan katun agak sedikit sulit untuk dibentuk sesuai model yang diinginkan.

4. Kain Spandex atau Lycra
Kain spandex memiliki ciri khas tersendiri yaitu elastis. Tak sedikit juga hijabers yang menyukai jilbab bahan ini karena nyaman di kepala. Jilbab yang menggunakan bahan lycra memang lebih kuat dan tahan lama serta tidak membutuhkan perawatan khusus. Namun karena elastis, kerudung berbahan spandex biasanya lebih mudah kendur.

5. Kain Sifon
Bahan sifon cenderung tipis dan lebih licin. Kain sifon sekarang ini memang bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan jilbab. Jilbab model bergo dan pashmina biasanya dibuat dari bahan ini. Kain sifon terbuat dari campuran sutera, serat sintetis dan serat kapas – wajar jika jilbab dengan bahan sifon lebih terasa panas saat dipakai, terlebih pada siang hari. Untuk mensiasatinya, biasanya para wanita menggunakan ciput yang berbahan kaos dibagian dalam agar tidak terlalu panas dan hasilnya pun lebih indah dan sempurna.

6. Kain Hycon
Bahan pembuat jilbab selanjutnya adalah hycon, bahan hycon memang hampir sama dengan bahan sifon. Perbedaannya bahan hycon lebih terasa halus dan tidak terlalu licin.

7. Kain Rayon
Kelebihan dari bahan rayon ialah terasa sejuk saat dipakai. Hampir tidak terasa panas meskipun berada di ruang bebas. Namun kerudung yang dibuat dengan bahan rayon memiliki daya serap yang tinggi sehingga membuatnya cepat bau dan cepat sekali terlihat kusut.

8. Kain Voile
Voile adalah salah satu kain yang digunakan untuk membuat jilbab. Selain lembut kain ini juga nyaman di kepala. Bahan voile tidak seperti bahan kaos atau spandex yang cenderung lentur. Sifatnya yang cukup kaku membuat bahan voile terkadang membuat hijabers kesulitan dalam membentuk model yang diinginkan. Jilbab voile memang perlu dilapisi ciput atau inner.

9. Kain Sutera atau Silk
Bahan sutera juga banyak digunakan untuk membuat jilbab. Kain sutera terkenal akan kelembutan teksturnya. Sehingga jilbab maupun pakaian dengan bahan sutera sengat nyaman saat dikenakan. Kekurangan dari hijab bahan sutera ialah mudah kusut dan cepat luntur untuk warnanya. Maka dari itu jilbab dengan bahan sutera memang perlu perawatan ekstra.

SUMBER : http://www.bisniskonfeksi.com/jenis-kain-untuk-membuat-jilbab/